Warga Dusun Jambangan, sebuah kawasan kecil di pinggiran Kabupaten Malang, menjadi sorotan publik setelah kabar tentang cara unik warganya menghemat pengeluaran viral di media sosial. Demi bertahan hidup di tengah lonjakan harga pangan, beberapa warga mulai mencoba merebus batu sebagai alternatif makanan. Fenomena ini memicu berbagai reaksi dari masyarakat luas, mulai dari keprihatinan hingga ketidakpercayaan.
Awal Mula Tradisi Makan Batu
Kisah ini bermula dari seorang warga bernama Budi Santoso (42), yang pertama kali mencoba merebus batu setelah mengalami kesulitan ekonomi. “Kami tidak pernah membayangkan akan sampai di titik di mana batu lebih mudah didapat daripada sebutir nasi,” ujar Budi. Ia mengaku mendengar cerita tentang batu yang bisa dikonsumsi dan memutuskan untuk mencobanya.
Menurut Budi, batu yang digunakan harus direbus dalam waktu lama agar teksturnya melunak. Setelah beberapa kali percobaan, ia merasakan efek kenyang meskipun tidak ada kandungan gizi dalam batu tersebut. Keunikan ini menarik perhatian warga lain yang juga kesulitan membeli bahan makanan pokok.
Viral di Media Sosial dan Reaksi Warganet
Fenomena makan batu di Dusun Jambangan dengan cepat menyebar melalui berbagai platform media sosial. Video yang menunjukkan proses merebus batu menjadi viral dan mendapat beragam tanggapan dari netizen. Ada yang menganggap hal ini sebagai bentuk kreativitas bertahan hidup, sementara yang lain menyebutnya sebagai bukti nyata krisis ekonomi yang semakin parah.
Baca Juga: Sejumlah Manusia Silver di Lampu Merah Jambi Kesurupan Massal, Petugas Kebingungan
Tanggapan Pemerintah dan Ahli Gizi
Kepala Desa Jambangan, Supriyadi, mengakui bahwa fenomena ini merupakan bentuk keputusasaan akibat meningkatnya harga pangan. “Kami sangat prihatin dengan kondisi ini dan sedang berusaha mencari solusi jangka panjang untuk membantu warga,” ujarnya.
Sementara itu, ahli gizi dari Universitas Malang, dr. Rina Wijayanti, menegaskan bahwa batu sama sekali tidak memiliki kandungan nutrisi yang dapat menggantikan makanan. “Batu tidak bisa dicerna oleh tubuh manusia. Konsumsi dalam jumlah besar justru bisa berbahaya bagi sistem pencernaan,” jelasnya.
Harapan untuk Solusi yang Lebih Baik
Fenomena makan batu ini menjadi simbol betapa sulitnya kondisi ekonomi bagi sebagian masyarakat di daerah terpencil. Banyak pihak berharap agar pemerintah segera memberikan bantuan yang lebih efektif dan merata, sehingga warga Dusun Jambangan tidak perlu mencari solusi ekstrem untuk bertahan hidup.
Seiring dengan semakin luasnya perhatian publik, diharapkan krisis ini dapat menjadi pemicu perubahan yang lebih baik dalam kebijakan pangan dan kesejahteraan masyarakat kecil.