Tiongkok menegaskan bahwa mereka tidak akan meminta maaf atas latihan militer yang baru-baru ini dilakukan di lepas pantai timur Australia. Latihan yang memicu ketegangan internasional ini diselenggarakan oleh militer Tiongkok di wilayah yang diperdebatkan di Laut China Selatan. Australia, bersama dengan beberapa negara di kawasan tersebut, menanggapi latihan tersebut dengan protes keras, menyebutnya sebagai provokasi yang berpotensi meningkatkan ketegangan regional.
Latihan militer tersebut, yang berlangsung selama beberapa minggu, melibatkan berbagai jenis senjata dan peralatan militer canggih. Dikatakan bahwa latihan ini merupakan bagian dari kegiatan rutin yang dilakukan oleh Tiongkok di wilayah tersebut. meskipun banyak pihak yang merasa khawatir mengenai dampaknya terhadap stabilitas kawasan Indo-Pasifik yang sudah rentan.
Penolakan Tiongkok atas Kritik Internasional
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Wang Wenbin, menanggapi kritik internasional dengan menyatakan bahwa Tiongkok memiliki hak. untuk melakukan latihan militer di wilayah yang menjadi hak kedaulatannya. “Latihan militer ini sepenuhnya sah dan dilakukan di wilayah yang berada dalam yurisdiksi Tiongkok. Kami tidak akan meminta maaf atau menyesal atas langkah yang kami ambil untuk mempertahankan kedaulatan dan keamanan negara kami.” Ujarnya dalam konferensi pers yang digelar di Beijing pada hari Senin (26 Februari 2025).
Wang menambahkan bahwa Tiongkok berkomitmen untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional. Namun tidak akan mentolerir intervensi pihak luar dalam urusan dalam negeri mereka. Termasuk kegiatan militer yang dilakukan di Laut China Selatan. Sebagai negara yang memiliki klaim atas sebagian besar wilayah tersebut, Tiongkok menegaskan bahwa kegiatan latihan ini adalah bagian dari strategi mereka. Untuk mempertahankan kekuatan dan keamanan di kawasan yang penuh dengan sumber daya alam serta jalur pelayaran internasional yang vital.
Reaksi Australia dan Negara-negara Barat
Sementara itu, pemerintah Australia yang dipimpin oleh Perdana Menteri Anthony Albanese, menyatakan keprihatinan mendalam atas kegiatan militer Tiongkok di dekat perairan mereka. Meskipun Australia tidak memiliki klaim teritorial atas Laut China Selatan. Negara ini secara jelas menentang tindakan Tiongkok yang dianggap dapat merusak perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.
“Kami sangat khawatir dengan eskalasi ketegangan ini. Kami menyerukan agar negara-negara besar, termasuk Tiongkok, menghormati prinsip kebebasan navigasi dan resolusi damai atas perselisihan teritorial di Laut China Selatan,” ujar Albanese dalam sebuah pernyataan yang dirilis pemerintah Australia.
Tidak hanya Australia, negara-negara Barat yang tergabung dalam aliansi militer seperti Amerika Serikat dan Inggris, juga mengungkapkan keprihatinan yang serupa. Amerika Serikat, yang memiliki hubungan keamanan yang kuat dengan Australia. Mengingatkan Tiongkok bahwa kebebasan navigasi dan penghormatan terhadap hukum internasional harus dijaga untuk mencegah eskalasi yang tidak diinginkan di kawasan tersebut.
Dampak Terhadap Hubungan Tiongkok-Australia
Latihan militer Tiongkok ini bukanlah pertama kalinya memicu ketegangan antara Tiongkok dan Australia. Selama beberapa tahun terakhir, hubungan kedua negara telah mengalami pasang surut, dengan berbagai isu yang menjadi pemicu konflik. Termasuk masalah perdagangan, keamanan siber, serta kebijakan luar negeri yang bertentangan.
Tiongkok, yang merupakan mitra dagang utama Australia, juga sebelumnya telah mengancam untuk memberlakukan sanksi terhadap sejumlah barang ekspor Australia. Sebagai respons atas tindakan politik Australia yang dianggap tidak mendukung kebijakan luar negeri Tiongkok. Sementara itu, Australia sendiri telah menguatkan hubungan dengan negara-negara Barat. Serta memupuk aliansi dengan negara-negara kawasan yang turut mengkhawatirkan ekspansi militer Tiongkok di Laut China Selatan.
Pemerintah Australia sendiri kini tengah berupaya untuk menyeimbangkan hubungan ekonomi dengan Tiongkok, sembari mengedepankan keamanan nasional dan stabilitas regional. Perdana Menteri Albanese berulang kali menegaskan pentingnya Australia menjaga kemitraan strategis dengan negara-negara kawasan, serta memperkuat aliansinya dengan negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan India.
Peran ASEAN dalam Meredakan Ketegangan
Sementara itu, negara-negara anggota ASEAN yang terletak di kawasan Indo-Pasifik, juga turut mengambil sikap terkait ketegangan ini. Sekretaris Jenderal ASEAN, Lim Jock Hoi, menyampaikan keprihatinan tentang potensi eskalasi ketegangan yang dapat merugikan stabilitas kawasan. ASEAN, sebagai organisasi yang beranggotakan negara-negara yang sebagian besar terletak di wilayah Asia Tenggara, menyerukan dialog dan penyelesaian damai atas sengketa di Laut China Selatan.
“ASEAN berkomitmen untuk memperkuat peran diplomatik dalam menyelesaikan sengketa ini secara damai. Kami berharap semua pihak dapat menahan diri dari tindakan yang dapat memperburuk situasi,” ujar Lim dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pekan lalu.