Beirut, 21 Februari 2025 — Dalam situasi yang penuh ketegangan, serangan udara Israel menghantam beberapa wilayah di Lebanon pada saat berlangsungnya pemakaman pemimpin kelompok Hizbullah, Hassan Nasrallah, meskipun kedua pihak telah menyepakati gencatan senjata. Serangan tersebut menambah kompleksitas dalam hubungan antara kedua negara yang telah lama tegang akibat konflik yang berkepanjangan. Banyak pihak mengutuk serangan tersebut, yang dianggap sebagai pelanggaran terhadap kesepakatan perdamaian sementara yang telah dicapai.
Serangan Israel Terjadi Selama Pemakaman
Pada hari Kamis, 20 Februari 2025, Israel melancarkan serangan udara yang menargetkan wilayah selatan Lebanon, termasuk area yang tidak jauh dari pemakaman Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah yang meninggal akibat serangan sebelumnya. Kejadian tersebut terjadi meskipun sebuah gencatan senjata yang disepakati sebelumnya oleh kedua pihak untuk mengurangi ketegangan di perbatasan telah diberlakukan.
Gencatan senjata yang dimulai pada awal Februari bertujuan untuk menghindari eskalasi lebih lanjut setelah beberapa hari ketegangan tinggi antara Israel dan Hizbullah. Namun, serangan udara Israel ini menyoroti ketegangan yang masih terpelihara meski upaya perdamaian sedang dilakukan. Sejumlah sumber dari pemerintah Lebanon menyebutkan bahwa serangan udara tersebut menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur dan melukai beberapa warga sipil yang berada di area tersebut.
Menurut salah satu pejabat militer Lebanon, “Serangan ini sangat mencemaskan, apalagi mengingat gencatan senjata yang sedang berlangsung. Ini menambah ketegangan di wilayah yang sudah penuh dengan ketidakpastian.”
Reaksi Internasional dan Kecaman Terhadap Serangan
Serangan Israel terhadap Lebanon selama pemakaman Nasrallah menimbulkan kecaman internasional, terutama dari negara-negara yang mendukung perdamaian di kawasan tersebut. PBB dan Uni Eropa mengeluarkan pernyataan yang mengecam serangan tersebut, menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata yang telah dicapai.
PBB menyarankan agar kedua pihak menahan diri dan mematuhi gencatan senjata agar situasi tidak semakin memburuk. “Kami meminta kedua belah pihak untuk mematuhi komitmen mereka terhadap gencatan senjata dan menghormati proses perdamaian yang sedang berlangsung,” ujar seorang juru bicara PBB dalam sebuah pernyataan.
Selain itu, sejumlah negara besar, termasuk Amerika Serikat, juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap eskalasi yang terus terjadi di kawasan ini. Mereka menekankan pentingnya dialog dan upaya damai dalam meredakan ketegangan yang sudah berlangsung lebih dari satu dekade.
Hizbullah Balas dengan Serangan
Sebagai balasan terhadap serangan udara Israel, kelompok Hizbullah yang berbasis di Lebanon mengancam akan membalas serangan tersebut. Juru bicara Hizbullah, yang meminta identitasnya untuk tidak dipublikasikan. Mengatakan bahwa Israel akan segera menghadapi konsekuensi dari serangan yang dilakukan terhadap wilayah Lebanon. “Kami tidak akan tinggal diam. Mereka yang menyerang wilayah kami akan merasakan balasan yang setimpal,” katanya.
Pihak Hizbullah juga menegaskan bahwa meskipun gencatan senjata diberlakukan, Israel tidak dapat menganggapnya sebagai kesempatan untuk melancarkan serangan sepihak tanpa dampak. Mereka berjanji akan melakukan langkah-langkah balasan yang diperlukan untuk melindungi negara dan rakyat Lebanon.
Peningkatan Ketegangan di Wilayah
Serangan udara Israel yang terjadi selama pemakaman Nasrallah ini menambah ketegangan yang sudah berlangsung lama antara Israel dan Hizbullah. Kedua belah pihak telah terlibat dalam berbagai konflik sejak Hizbullah pertama kali muncul di Lebanon pada awal 1980-an. Ketegangan semakin meningkat pada tahun-tahun terakhir ini dengan meningkatnya serangan lintas perbatasan dan serangan udara dari kedua belah pihak.
Pemerintah Israel berargumen bahwa serangan tersebut merupakan bagian dari upaya untuk menanggapi ancaman yang terus muncul dari kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan Iran, yang memiliki pengaruh besar terhadap Hizbullah. Israel menegaskan bahwa mereka tidak akan membiarkan Iran memperkuat posisinya di Lebanon yang dapat mengancam keamanan negara Yahudi tersebut.
Namun, banyak pihak di Lebanon dan dunia internasional menganggap serangan udara tersebut sebagai eskalasi yang tidak perlu dan berbahaya. Analis politik mengatakan bahwa tindakan tersebut hanya akan memperburuk situasi yang sudah sangat sensitif di Timur Tengah.
Kesepakatan Gencatan Senjata Terganggu
Gencatan senjata yang disepakati pada awal Februari 2025 seharusnya menjadi langkah awal menuju penyelesaian damai yang lebih langgeng. Meski gencatan senjata tersebut diharapkan dapat memberi ruang bagi dialog, serangan Israel ini menunjukkan bahwa kesepakatan tersebut sangat rapuh dan mudah diganggu.
Menurut analisis beberapa pakar hubungan internasional, serangan ini mungkin akan mempengaruhi jalannya proses perdamaian yang telah dimulai. Memerlukan waktu dan kerja sama yang lebih besar dari kedua pihak. “Jika kekerasan terus berlanjut, akan semakin sulit bagi kedua negara untuk menemukan titik temu dalam proses negosiasi,” ujar seorang analis Timur Tengah yang tidak ingin disebutkan namanya.