Wellington, 5 Maret 2024 – Pemerintah Selandia Baru mengambil langkah tegas dengan memecat Duta Besar Inggris untuk Selandia Baru setelah ia membuat komentar yang meragukan pemahaman Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengenai sejarah. Keputusan ini menuai perhatian global, mengingat peran penting diplomasi dalam menjaga hubungan antar negara.
Dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan minggu lalu, Duta Besar Inggris untuk Selandia Baru, Sir Martin Gallagher, menyebutkan bahwa Presiden Trump tidak sepenuhnya memahami banyak aspek penting dalam sejarah, khususnya sejarah Eropa. Komentar tersebut langsung mendapat tanggapan keras dari pemerintah Selandia Baru. Menilai bahwa ucapan tersebut tidak hanya melanggar etika diplomatik tetapi juga merusak hubungan internasional yang telah terjalin baik.
1. Komentar yang Memicu Ketegangan Diplomatik
Pada wawancara dengan sebuah media terkemuka, Gallagher diminta untuk memberikan pandangannya mengenai sikap luar negeri Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump. Dalam jawabannya, ia meragukan kemampuan Trump dalam memahami sejarah Eropa, yang dianggapnya penting dalam menjalankan kebijakan luar negeri yang efektif. “Sangat jelas bahwa pemahaman Trump tentang sejarah seringkali kabur, terutama mengenai konflik-konflik besar yang membentuk Eropa modern,” kata Gallagher.
Komentar tersebut mendapat kritik tajam dari beberapa kalangan di Selandia Baru. Merasa bahwa seorang diplomat seharusnya lebih berhati-hati dalam memberikan penilaian terhadap pemimpin negara sahabat, apalagi negara besar seperti Amerika Serikat.
2. Langkah Tegas Pemerintah Selandia Baru
Pemerintah Selandia Baru segera bereaksi setelah pernyataan tersebut mencuat. Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Nanaia Mahuta, dalam sebuah konferensi pers menyatakan bahwa pihaknya sangat menyesalkan pernyataan dari Duta Besar Inggris yang merendahkan pemahaman Presiden AS. Menurut Mahuta, seorang diplomat harus berpegang pada prinsip saling menghormati. Dalam menjalin hubungan antarnegara, dan pernyataan semacam itu tidak dapat diterima.
“Setiap diplomat, baik dari Selandia Baru maupun negara sahabat, harus menjaga kesopanan dan objektivitas dalam berkomunikasi. Apalagi terkait dengan isu sensitif yang melibatkan negara besar seperti Amerika Serikat. Kami telah meminta Duta Besar Inggris untuk mengundurkan diri atas pernyataan yang merusak hubungan baik antara negara kami dan Amerika Serikat,” tegas Mahuta.
Sebagai respons terhadap hal ini, Inggris akhirnya menyetujui pemecatan Gallagher. Meskipun mereka mengklaim bahwa komentar tersebut tidak dimaksudkan untuk merusak hubungan dengan Amerika Serikat.
3. Reaksi Internasional dan Dampaknya Terhadap Hubungan Diplomatik
Keputusan Selandia Baru untuk memecat Duta Besar Inggris ini mendapat perhatian luas dari komunitas internasional. Beberapa pengamat diplomatik menilai bahwa langkah ini menunjukkan bahwa Selandia Baru sangat berhati-hati dalam menjaga hubungan baik dengan negara besar. Terutama Amerika Serikat, yang merupakan mitra penting dalam banyak aspek politik dan ekonomi.
Namun, beberapa pihak juga berpendapat bahwa langkah ini bisa memicu ketegangan lebih lanjut antara Selandia Baru dan Inggris. Para ahli mengatakan bahwa meskipun Inggris memiliki pengaruh besar dalam hubungan diplomatik internasional. Selandia Baru mungkin lebih memilih untuk memprioritaskan hubungannya dengan Amerika Serikat dalam jangka panjang.
“Ini adalah langkah yang sangat berisiko bagi Selandia Baru, tetapi mereka jelas ingin menunjukkan bahwa mereka tidak akan mentolerir komentar yang merusak hubungan internasional mereka,” ujar analis politik internasional, Michael Smith.
4. Dampak pada Karier Diplomat dan Etika Diplomatik
Pernyataan Gallagher juga mengangkat kembali perdebatan tentang etika diplomatik. Para diplomat diharapkan untuk bertindak secara profesional dan objektif, serta tidak terlibat dalam pernyataan yang bisa merusak hubungan antarnegara. Dalam banyak kasus, diplomat lebih memilih untuk menjaga sikap netral dan menghindari konflik dengan negara penerima.
Profesor John Williams, seorang ahli hubungan internasional di Universitas Wellington, menyebutkan bahwa pemecatan ini bisa menjadi pelajaran penting bagi diplomat lainnya. “Diplomat harus memahami bahwa mereka memegang peran yang sangat sensitif dalam menjaga hubungan antarnegara. Setiap kata yang mereka ucapkan bisa berpotensi mempengaruhi stabilitas politik dan ekonomi,” jelas Williams.
5. Konteks Sejarah dan Politik
Komentar yang dilontarkan oleh Gallagher terkait dengan pemahaman sejarah Trump tentu tidak bisa dilepaskan dari dinamika politik yang ada. Presiden Trump dikenal dengan kebijakannya yang sering kali kontroversial dan berbeda dari pemimpin sebelumnya, terutama dalam hal kebijakan luar negeri. Beberapa keputusan Trump, seperti penarikan pasukan dari kawasan tertentu dan kritik terhadap organisasi internasional, telah menuai kecaman dari banyak pihak, termasuk para ahli sejarah yang merasa bahwa kebijakan tersebut sering kali didasarkan pada pemahaman yang sempit tentang sejarah.
Namun, meskipun banyak yang mengkritik gaya kepemimpinan Trump, hal ini tidak berarti bahwa seorang diplomat seharusnya mengeluarkan komentar yang mengarah pada penghinaan terhadap pemahaman pribadi seorang pemimpin negara lain. Oleh karena itu, komentar Gallagher dianggap melanggar batasan yang seharusnya dijaga dalam dunia diplomatik.