JAKARTA – Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam mengembangkan sektor kewirausahaan jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. Meskipun ekonomi Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Rasio kewirausahaan di Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan dengan dua negara tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia perlu mempercepat upaya untuk menciptakan iklim bisnis yang lebih kondusif dan mendukung para wirausahawan, terutama generasi muda.
Kondisi Kewirausahaan di Indonesia
Menurut data yang dirilis oleh Global Entrepreneurship Monitor (GEM) pada tahun 2024, rasio kewirausahaan Indonesia berada di angka 3,47%. Jauh lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia yang mencatatkan angka 6,2% dan Thailand yang mencapai 4,9%. Angka tersebut menggambarkan persentase populasi dewasa yang terlibat dalam aktivitas kewirausahaan aktif,. Baik itu menjalankan bisnis baru atau berusaha mengembangkan usaha yang sudah ada.
Dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor kewirausahaan, namun tantangan yang dihadapi cukup berat. Salah satu faktor yang menjadi penyebab adalah masih terbatasnya akses terhadap modal. Keterbatasan pendidikan kewirausahaan, serta kurangnya dukungan dari pemerintah dan lembaga keuangan terhadap usaha kecil dan menengah (UKM).
Mengapa Kewirausahaan di Indonesia Tertinggal?
Beberapa faktor utama yang menyebabkan rendahnya rasio kewirausahaan di Indonesia antara lain adalah kurangnya pendidikan kewirausahaan yang mumpuni, tingginya biaya operasional, serta terbatasnya akses terhadap teknologi dan pasar global. Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Budi Santoso, “Walaupun jumlah pengusaha muda Indonesia terus bertambah, kebanyakan dari mereka masih menghadapi kesulitan dalam hal pembiayaan dan pengembangan kapasitas bisnis mereka.”
Selain itu, ketergantungan yang tinggi terhadap sektor tradisional dan rendahnya tingkat inovasi juga menjadi faktor penghambat. Banyak usaha yang tidak berkembang karena kurangnya penerapan teknologi terbaru dalam proses produksi dan pemasaran. Padahal, di era digital ini, inovasi teknologi menjadi kunci dalam meningkatkan daya saing wirausahawan.
Perbandingan dengan Malaysia dan Thailand
Malaysia dan Thailand, meskipun memiliki tantangan serupa dalam hal pembiayaan dan pengembangan usaha kecil, lebih berhasil dalam menciptakan ekosistem kewirausahaan yang lebih inklusif. Pemerintah Malaysia, misalnya, memiliki program-program yang mendukung pengusaha muda melalui akses pembiayaan, pelatihan keterampilan, dan pendampingan. Malaysia juga memfokuskan pada pengembangan teknologi dalam usaha kecil, yang memungkinkan pengusaha di negara tersebut untuk bersaing di pasar global.
Di sisi lain, Thailand memiliki banyak pusat inkubator bisnis yang membantu pengusaha pemula dalam mengembangkan ide bisnis menjadi usaha yang lebih mapan. Selain itu, Thailand juga sangat mendukung kewirausahaan sosial, yang telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data dari World Bank, Thailand dan Malaysia juga memiliki lebih banyak startup yang terdaftar dibandingkan dengan Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya ekosistem yang lebih mendukung bagi para wirausahawan untuk memulai dan mengembangkan bisnis mereka.
Solusi untuk Meningkatkan Kewirausahaan Indonesia
Untuk mengejar ketertinggalan ini, Indonesia perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk memperbaiki ekosistem kewirausahaan. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan kewirausahaan, baik di tingkat sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk menyediakan pelatihan, kursus, dan seminar yang dapat memberikan keterampilan praktis bagi calon pengusaha.
Selain itu, akses terhadap pembiayaan bagi UKM harus lebih diperluas. Bank-bank negara dan lembaga keuangan non-bank perlu menawarkan produk pinjaman yang lebih terjangkau dan sesuai dengan karakteristik bisnis kecil dan menengah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan suku bunga rendah serta mempermudah syarat pengajuan pinjaman.
Tentu saja, penguatan inovasi dan teknologi juga harus menjadi prioritas. Dengan kemajuan teknologi, pengusaha Indonesia dapat lebih mudah mengakses pasar global, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan efisiensi bisnis. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk mendorong investasi di sektor teknologi dan mempercepat adopsi teknologi digital oleh para pelaku usaha.