Jambi, 28 Januari 2025 – Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2025, banyak sektor ekonomi yang merasakan dampaknya, tak terkecuali pedagang buah-buahan. Salah satu yang merasakan lonjakan signifikan adalah Pak Martto (52), seorang pedagang buah yang sudah lebih dari 20 tahun berjualan di Pasar Tradisional Jambi. Dalam beberapa hari terakhir, ia mengaku bahwa pendapatannya meningkat pesat, bahkan mencapai 10 kali lipat dibandingkan dengan hari-hari biasa.
Lonjakan Penjualan Buah
Saat ditemui di lapaknya, Pak Martto bercerita bahwa peningkatan penjualan buah-buahan ini sudah mulai terlihat sejak seminggu terakhir. “Biasanya dalam sehari saya hanya bisa menjual sekitar 50 kilogram buah, namun menjelang Imlek seperti ini, saya bisa menjual lebih dari 500 kilogram dalam sehari. Bahkan saya sampai kewalahan untuk memenuhi permintaan,” ujar Pak Martto dengan senyum lebar.
Lonjakan penjualan ini terutama disebabkan oleh permintaan tinggi akan buah-buahan tertentu yang sering disajikan dalam perayaan Imlek. Buah-buahan seperti jeruk, apel, anggur, dan pisang yang menjadi simbol keberuntungan dan kemakmuran dalam tradisi Imlek, menjadi yang paling banyak dicari oleh konsumen.
Makna Simbolis Buah-Buahan Imlek
Bagi masyarakat Tionghoa, Imlek bukan hanya soal makan bersama dan berkumpul dengan keluarga. Setiap elemen dalam perayaan ini memiliki makna yang dalam, termasuk buah-buahan. Buah-buahan tertentu dipilih bukan hanya karena rasanya, tetapi juga karena simbolisme yang mereka bawa.
- Jeruk: Jeruk dikenal sebagai simbol keberuntungan dan kemakmuran. Warnanya yang cerah juga melambangkan rezeki yang datang di tahun baru.
- Apel: Buah apel, terutama yang berwarna merah, dipercaya membawa kedamaian dan keharmonisan dalam keluarga.
- Anggur: Anggur melambangkan kelimpahan dan umur panjang. Buah ini dipercaya akan mendatangkan rezeki berlimpah.
- Pisang: Pisang adalah simbol kelimpahan dan pertumbuhan. Dalam tradisi Imlek, pisang diharapkan dapat membawa keberuntungan dalam segala aspek kehidupan.
Pak Martto menambahkan bahwa, selain masyarakat Tionghoa, banyak juga warga non-Tionghoa yang membeli buah-buahan ini. “Meskipun mereka tidak merayakan Imlek, banyak yang membeli buah-buahan untuk memperingati momen tersebut atau sekadar berharap mendapatkan keberuntungan di tahun baru,” ujar Pak Martto.
Dampak Positif untuk Ekonomi Lokal
Keuntungan yang dirasakan oleh Pak Martto tentunya juga membawa dampak positif bagi perekonomian lokal. Selain peningkatan omzet bagi para pedagang buah, para petani buah juga turut merasakan manfaat dari permintaan yang melonjak. Para petani jeruk, apel, dan pisang yang biasanya mengirimkan buah dalam jumlah terbatas, kini mendapatkan pesanan dalam jumlah besar.
Salah seorang petani jeruk dari Kabupaten Muarojambi, Sutrisno (58), mengatakan bahwa dirinya menerima lebih banyak pesanan dari para pedagang di pasar. “Saya biasanya hanya mengirimkan dua ton jeruk per minggu, tapi menjelang Imlek ini, permintaannya bisa mencapai lima ton. Ini tentu sangat membantu perekonomian kami,” ujarnya.
Sutrisno menambahkan bahwa permintaan yang tinggi memotivasi dirinya untuk lebih meningkatkan kualitas buah yang dihasilkan. “Kami harus memastikan buah yang kami kirim berkualitas tinggi, agar konsumen puas dan kembali membeli di musim-musim mendatang,” tambahnya.
Keuntungan Berlipat Bagi Pak Martto
Pak Martto mengungkapkan bahwa, meskipun keuntungan yang didapatkan sangat besar, ia tetap harus bekerja keras untuk memastikan kualitas dan keberlanjutan pasokan buah. “Saya harus pastikan bahwa buah yang saya jual tetap segar dan layak konsumsi, jadi selain berjualan, saya juga aktif memilih buah langsung dari petani untuk memastikan kualitasnya,” katanya.
Untuk memenuhi permintaan yang melonjak, Pak Martto juga meningkatkan frekuensi pengiriman dari pemasok. “Biasanya saya menerima pengiriman dua kali dalam seminggu, tetapi sekarang pengiriman dilakukan hampir setiap hari. Meskipun begitu, saya tetap menjaga harga agar tidak terlalu tinggi, karena banyak pelanggan yang mencari harga yang terjangkau,” jelas Pak Martto.
Tradisi Imlek yang Tetap Dilestarikan
Bagi banyak warga Jambi, perayaan Imlek tidak hanya tentang makan bersama, tetapi juga tentang melestarikan tradisi dan simbol-simbol keberuntungan yang diyakini dapat membawa kebahagiaan dan kemakmuran di tahun yang baru. Meskipun semakin banyak perayaan modern yang tidak lagi terlalu menekankan pada simbol-simbol tradisional, namun bagi masyarakat Tionghoa, menjaga tradisi tersebut tetap sangat penting.
“Saya membeli buah-buahan ini karena percaya bahwa tradisi Imlek membawa keberuntungan dan kedamaian. Selain itu, saya juga ingin berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan teman-teman,” kata Lin, seorang warga Jambi yang merayakan Imlek. Ia menambahkan bahwa, meskipun tidak semua keluarga memiliki kemampuan membeli banyak buah, bagi mereka yang merayakan, ini adalah bagian penting dari perayaan.
Menyambut Tahun Baru dengan Harapan Baru
Dengan meningkatnya permintaan, para pedagang buah seperti Pak Martto dapat merasa lega, karena Imlek memberikan kesempatan bagi mereka untuk meningkatkan pendapatan. Namun, di balik keuntungan materi yang didapat, perayaan Imlek tetap memiliki makna spiritual yang lebih dalam. Ini adalah waktu untuk memulai lembaran baru, berdoa untuk masa depan yang lebih baik, dan berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terdekat.
“Imlek adalah waktu yang sangat istimewa bagi kami. Selain mencari rezeki, saya juga berharap agar tahun baru ini membawa banyak kebahagiaan dan keberuntungan. Semoga segala usaha kita diberkati,” tutup Pak Martto dengan penuh harapan.
Dengan keuntungan yang luar biasa menjelang Imlek, Pak Martto dan pedagang buah lainnya di Jambi menunjukkan bagaimana tradisi dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Tidak hanya sekadar soal keberuntungan dalam aspek spiritual, tetapi juga dalam aspek ekonomi. Imlek tahun ini tampaknya akan membawa banyak berkah bagi pedagang, petani, dan seluruh masyarakat Jambi.