JAKARTA – Keputusan Indonesia untuk bergabung dengan kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) menjadi topik hangat di kalangan pengamat ekonomi. Meski banyak pihak yang berfokus pada potensi de-dolarisasi. Sejumlah ekonom berpendapat bahwa alasan utama Indonesia bergabung dengan BRICS bukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Melainkan untuk memperluas mitra dagang dan meningkatkan kerjasama ekonomi dengan negara-negara berkembang lainnya.
Keputusan Indonesia ini mencuat di tengah ketegangan geopolitik global dan dinamika ekonomi internasional yang semakin kompleks. Menurut ekonom, keanggotaan dalam BRICS akan membuka peluang besar bagi Indonesia. Untuk memperkuat perekonomian domestik dengan memperluas akses pasar, mengamankan investasi, serta mempercepat aliran teknologi.
Perluasan Mitra Dagang Jadi Prioritas Indonesia
Menurut Dr. Fadil Rauf, ekonom senior dari Universitas Indonesia, meskipun isu de-dolarisasi memang menjadi salah satu bagian dari pembahasan global. Alasan Indonesia bergabung dengan BRICS lebih bertujuan untuk memperluas jejaring perdagangan dengan negara-negara berkembang lainnya. “Indonesia melihat BRICS sebagai peluang untuk mengakses pasar yang lebih besar. Terutama di negara-negara berkembang yang memiliki potensi ekonomi yang kuat,” jelasnya.
Indonesia memiliki ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan diharapkan bisa memperkuat posisinya dengan memperluas kerja sama dengan negara-negara yang memiliki pasar yang lebih luas dan berpotensi berkembang pesat. Negara-negara anggota BRICS kini semakin aktif dalam mengembangkan sektor perdagangan dan investasi, dan Indonesia dipandang memiliki peran strategis di dalamnya.
Secara statistik, BRICS mewakili sekitar 40% dari populasi dunia dan hampir 25% dari PDB global. Melalui kerja sama yang lebih erat dalam BRICS, Indonesia berpotensi meningkatkan perdagangan luar negeri dan menarik lebih banyak investasi asing. Pada akhirnya dapat mempercepat pembangunan ekonomi di dalam negeri.
Keuntungan Ekonomi dan Perdagangan Indonesia di BRICS
Indonesia yang selama ini berfokus pada kemitraan dengan negara-negara ekonomi maju, seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Kini memiliki kesempatan untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara berkembang yang memiliki potensi besar untuk pertumbuhan ekonomi. BRICS, sebagai sebuah organisasi multinasional, menawarkan kerjasama di berbagai sektor. Mulai dari perdagangan barang dan jasa, investasi, teknologi, hingga bidang energi dan infrastruktur.
“Melalui BRICS, Indonesia bisa meningkatkan kerja sama di sektor-sektor yang menjadi fokus utama dalam pembangunan ekonomi. Seperti energi terbarukan, infrastruktur, dan industri manufaktur,” kata Fadil. Hal ini bisa memberi keuntungan besar bagi Indonesia, mengingat tantangan global yang dihadapi oleh banyak negara berkembang.
Dalam laporan terakhir, Indonesia tercatat mengalami surplus perdagangan dengan beberapa negara anggota BRICS, termasuk China dan India. Dengan bergabung dalam organisasi ini, Indonesia dapat meningkatkan peluang untuk memperluas pasar ekspor dan mengamankan lebih banyak kontrak perdagangan.
Mengapa De-Dolarisasi Tidak Menjadi Fokus Utama?
Sementara itu, beberapa pengamat ekonomi berpendapat bahwa Indonesia tidak menggabungkan dirinya dengan BRICS semata-mata untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Meski BRICS memang telah mengusung wacana penggunaan mata uang lokal dalam transaksi antar anggotanya, para ahli mengatakan bahwa untuk Indonesia. Fokus utama lebih kepada menciptakan alternatif perdagangan yang lebih beragam.
“Penting untuk dicatat bahwa de-dolarisasi masih merupakan isu yang lebih besar dan kompleks, yang membutuhkan waktu dan kebijakan sistemik di tingkat global. Indonesia lebih cenderung bergabung dengan BRICS untuk memperkuat posisi ekonominya di pasar internasional dan tidak semata-mata untuk meninggalkan dolar AS sebagai alat pembayaran,” ujar Riza Pratama, analis ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
Meskipun beberapa negara BRICS, seperti Rusia dan China, telah aktif mencari alternatif untuk mengurangi ketergantungan mereka pada dolar AS dalam transaksi internasional, Indonesia masih mengutamakan kerja sama yang bisa memberikan hasil langsung dalam bentuk investasi, transfer teknologi, serta kesempatan pasar yang lebih luas.
Dampak Positif bagi Indonesia dalam Jangka Panjang
Melalui keanggotaan BRICS, Indonesia berpotensi untuk mengakses lebih banyak peluang pembiayaan infrastruktur, terutama dengan adanya BRICS New Development Bank (NDB), yang memberikan dana untuk proyek-proyek infrastruktur di negara-negara berkembang. Dengan anggota yang memiliki ekonomi yang berkembang pesat, seperti India dan China, Indonesia bisa mendapatkan transfer teknologi yang lebih canggih, yang pada gilirannya dapat meningkatkan daya saing industri domestik.
BRICS juga merupakan wadah yang strategis untuk meningkatkan kerjasama dalam bidang energi, mengingat sebagian besar anggota BRICS adalah negara dengan sumber daya alam yang melimpah. Hal ini memungkinkan Indonesia untuk memperluas akses energi dengan harga yang lebih kompetitif dan beragam sumber energi, termasuk energi terbarukan.