Yogyakarta, 14 Februari 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi gelombang tinggi. Dapat mencapai 4 meter di perairan Yogyakarta pada akhir pekan ini. Peringatan ini berlaku bagi para nelayan, wisatawan, dan masyarakat yang beraktivitas di kawasan pesisir untuk lebih berhati-hati. Dalam menghadapi kondisi cuaca ekstrem tersebut.
Menurut BMKG, gelombang tinggi yang diperkirakan terjadi pada periode 16 hingga 18 Februari 2025. Ini bisa mengganggu aktivitas pelayaran dan perikanan di perairan selatan Yogyakarta, khususnya di wilayah Samudera Hindia. Perhatian khusus diberikan kepada kapal-kapal kecil dan nelayan tradisional yang berisiko tinggi terpapar kondisi ini.
Potensi Gelombang 4 Meter di Perairan Yogyakarta
Gelombang laut dengan ketinggian 4 meter yang diperkirakan terjadi di perairan Yogyakarta ini merupakan hasil dari interaksi antara pola cuaca di Samudera Hindia dan angin monsun yang cukup kencang. BMKG memprediksi kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya gelombang tinggi yang sangat berbahaya bagi aktivitas pelayaran. Terutama bagi kapal-kapal dengan tonase ringan.
“Gelombang setinggi 4 meter dapat sangat berisiko bagi keselamatan nelayan dan kapal-kapal kecil. Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat yang beraktivitas di laut, terutama nelayan dan wisatawan, untuk menunda atau membatasi perjalanan laut mereka hingga kondisi cuaca membaik.” Ujar Kepala BMKG Yogyakarta, Dr. Siti Mariam, dalam konferensi pers yang digelar di kantor BMKG Yogyakarta, Selasa (13/2).
Dampak Terhadap Kegiatan Laut dan Pariwisata
Potensi gelombang tinggi ini diperkirakan dapat berdampak pada beberapa sektor, khususnya perikanan dan pariwisata. Untuk sektor perikanan, nelayan kecil yang biasanya berlayar di perairan sekitar pantai selatan Yogyakarta mungkin akan terpaksa menunda kegiatan mereka untuk menjaga keselamatan. Hal ini tentunya dapat memengaruhi pasokan ikan dan hasil laut yang biasa dipasarkan ke pasar lokal.
Sektor pariwisata yang menggantungkan aktivitasnya pada wisata bahari, seperti selancar dan wisata pantai, juga diprediksi akan mengalami penurunan jumlah kunjungan. Wisatawan yang biasanya memadati pantai selatan Yogyakarta pada akhir pekan diminta untuk menunggu kondisi cuaca yang lebih aman.
Pihak terkait, termasuk Dinas Pariwisata Yogyakarta, juga telah mengeluarkan imbauan kepada pelaku wisata dan pengelola pantai untuk memberikan informasi yang jelas kepada pengunjung mengenai risiko yang ada. Selain itu, mereka juga berkoordinasi dengan BMKG untuk memastikan informasi terkini tentang kondisi cuaca di lapangan.
Langkah-langkah Antisipasi oleh BMKG dan Pihak Terkait
BMKG telah melakukan langkah-langkah antisipasi dengan meningkatkan pemantauan terhadap perairan Yogyakarta menggunakan alat deteksi gelombang dan cuaca secara real-time. Peringatan dini ini akan terus diperbarui setiap 6 jam sekali, mengingat perubahan cuaca di laut bisa terjadi dengan cepat.
Selain itu, pihak BMKG juga menyarankan agar masyarakat yang berada di wilayah pesisir selatan Yogyakarta untuk tetap waspada terhadap potensi banjir rob, yang dapat terjadi bersamaan dengan gelombang tinggi. Gelombang laut yang besar ini dapat menyebabkan air laut meluap ke daratan, menggenangi kawasan pemukiman yang terletak dekat dengan garis pantai.
Informasi Cuaca untuk Nelayan dan Masyarakat
BMKG juga menyarankan agar nelayan dan masyarakat yang berencana beraktivitas di laut segera mengecek prakiraan cuaca terbaru. Hal ini penting untuk meminimalisir risiko yang timbul akibat perubahan cuaca yang bisa datang secara tiba-tiba.
“Para nelayan dan wisatawan yang berada di sekitar perairan Yogyakarta harus memperhatikan perkembangan cuaca yang kami umumkan. Jika kondisi cuaca memburuk, sebaiknya segera kembali ke pelabuhan atau tempat yang lebih aman,” lanjut Dr. Siti Mariam.
Salah satu cara untuk mendapatkan informasi cuaca terkini adalah melalui aplikasi cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG atau memantau informasi dari radio atau kanal berita resmi terkait peringatan cuaca yang dikeluarkan.